Kamis, 22 Agustus 2013

Artikel Struktur Tempat Suci Agama Hindu



Umat Hindu memandang bahwa Alam semesta ini adalah stana atau tempatnya Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, umat Hindu membuat simbol yang lebih kongkrit dari alam semesta sebagai tempat memuja Tuhan. Selain itu umat Hindu menganggap gunung sebagai sthana atau linggih dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
    
Ida Sang Hyang Widhi Wasa berada di mana-mana, tidak ada tempat yang tidak dipenuhi oleh-Nya. Dalam keadaan demikian beliau disebut wyapi-wyapaka nirwikara. Tuhan menyebabkan bumi berputar, matahari mengeluarkan panas dan bersinar, tanah menghidupkan tumbuh-tumbuhan. Manusia, hewan, dan tumbuh-tunbuhan mengalami lahir, hidup, dan mati. Wujud nyata dari Tuhan adalah alam semesta ini sedangkan di alam kosong Beliau disebut Sunya. Dalam Kekawin Dharma Sunya disebutkan sebagai berikut:
“Bhatara Siwa sira swung, sifat ipun ikang kasar a wujud donya, kaanggap wangun ndi, yen karingkes dados ndi Himalaya, yen karingkes dados meru ndi kadi ning tanah Bali, yen karingkes malih dados titian”
Artinya:
Bhatara Siwa amat gaib, sifat nyatanya berbentuk dunia dianggap bangunan itu, kalau diringkas menjadi gunung di Himalaya, kalau diringkas lagi menjadi Meru, seperti di Bali, Meru diringkas lagi menjadi diri kita.
     Demikian Kekawin Dharma Sunya melukiskan atau menggambarkan alam semesta beserta isinya yang dijiwai oleh Tuhan Yang Maha Esa. Menurut kepercayaan masyarakat hindu di Indonesia, gunung dipandang sebagai alam dewa-dewa atau tempat Tuhan yang Maha Esa. Struktur bangunan tempat suci pada umunya dibagi menjadi tiga bagian ( bhur loka, bhuwah loka, dan swah loka ), yang di Bali diwujudkan dengan penataan bangunan tempat suci dalam sebuah areal dibagi menjadi tiga bagian wilayah (Tri Mandala), ada bagian jeroan (bagian paling hulu/terdalam dari pura), ada bagian jaba tengah (bagian tengah dari pura) dan ada bagian jaba sisi (bagian yang paling luar dari areal pura ).
     Seiring dengan kemajuan peradaban umat manusia, Lingga dipandang sebagai symbol alam semesta sekaligus tempat bersemayamnya Tuhan. Perkembangan selanjutnya adalah muncul bentuk Candi, Meru, Gedong, dan Padmasana, semua itu digunakan sebagai lambing alam semesta yang dijiwai oleh Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar